Seminar Kolaborasi PUI Pendeteksi Bakteri Patogen LPPM UNJ, FMIPA UNJ, dan Laboratorium Biokimia Universitas Brawijaya "Diagnosis Autoimun dan TSHR Dengan Cepat Berbasis LFIA (Lateral Flow Immunoassay)"
Jakarta – Jum'at, 3 November 2023 PUI Pendeteksi Bakteri Patogen LPPM UNJ yang berkolaborasi dengan Ketua Riset Biodet Vaksin dan Institut Biosains, Laboratorium Biokimia Universitas Brawijaya menyelenggarakan Seminar "Diagnosis Autoimun dan TSHR Dengan Cepat Berbasis LFIA (Lateral Flow Immunoassay)". Didalam seminar ini membahas apa itu autoimun dan diagnosisnya, LFIA beserta mekanisme cara kerjanya. Didalam kesempatan ini Prof. Muktiningsih selaku Ketua Riset PUI Pendeteksi Bakteri Patogen memberikan ucapan terima kasih kepada mitra yang telah mendukung seperti LPPM UNJ, Puslabfor, Pusdokkes, BRIN, PT. Kimia Farma, PT. Setara Biosains, PT. Sinergi Indomitra Pratama, PT. Indolab Utama.
Prof. Iwan Sugihartono selaku Ketua LPPM UNJ memberikan apresiasi bahwa PUI Pendeteksi Bakteri Patogen yang berada diruang lingkup PUI UNJ ini aktif dan up to date. Didalam kesempatan ini juga Prof. Iwan Sugihartono memberikan pesan bahwa "Kegiatan ini bisa menjadi inspirasi bahwa dalam melakukan sesuatu kita harus berani, jangan talking to much, buktikan dengan sesuatu yang berbeda dari yang lain dan mempunyai nilai. Saya harap kolaborasi ini terus berlanjut, karena dengan adanya kolaborasi, keilmuan kita terus berkembang".
Sementara itu Dr. Esmar Budi selaku Wakil Dekan Bidang Akademik FMIPA UNJ dalam sambutannya bahwa FMIPA UNJ unggul dibidang penelitian, publikasi, HAKI dalam kurun waktu 3 tahun terakhir. Didalam kesempatan ini juga Dr. Esmar Budi memberikan pesan "Setiap forum yang diadakan tujuannya untuk kolaborasi bukan untuk bersaing. Kerjasama yang dilakukan antara UNJ dan Universitas Brawijaya sudah tepat dalam rangka menjalin kolaborasi baik di nasional maupun internasional".
Memasuki sesi penyampaian materi oleh Prof. Aulanni'am selaku Ketua Riset Biodet Vaksin & Laboratorium Biokimia, Universitas Brawijaya melakukan pemaparan tentang Peningkatan Layanan Kesehatan di Indonesia melalui Deteksi Awal Penyakit Autoimun Thyroid dengan Menggunakan Thyroid Peroksidase (TPO) dan Reseptor Hormon Pendorong Thyroid (TSHR). Menyoroti kepentingan penggunaan alat deteksi cepat dalam sektor kesehatan yang tengah bertransformasi akibat pesatnya kemajuan teknologi, terutama dalam bidang informasi dan komunikasi yang ditandai oleh revolusi industri 4.0. Dampak revolusi industri 4.0 telah membuat sektor kesehatan beralih menuju Healthcare 4.0, yang secara keseluruhan merujuk pada penggunaan sistem layanan kesehatan berbasis teknologi informasi yang mengutamakan pasien, memberikan akses yang lebih mudah ke produk kesehatan berkualitas, terjangkau, dan tepat. Hal ini menjadi kunci untuk mendorong kesehatan universal, mengatasi masalah kualitas kesehatan yang masih belum optimal. Diagnostik cepat seperti tes Rapid (Diagnostik in vitro) dan sejenisnya sangat penting untuk mendeteksi penyakit secara dini dan memberikan perawatan kesehatan yang berkualitas.
Selain itu, Prof. Aulanni'am menjelaskan alasan penggunaan antibodi TPO dan TSHR sebagai biomarker untuk deteksi dini AITD (Autoimmune Thyroiditis Disease). Hal ini disebabkan karena pengukuran level hormon thyroid (T3 dan T4) tidak dapat mengindikasikan adanya gangguan thyroid yang terkait dengan autoimunitas atau sebaliknya. Antibodi autoimun TPO dan TSHR merupakan respons awal terhadap kerusakan jaringan parenkim dalam kelenjar thyroid. Thyroid Stimulating Hormone Receptor (TSHR) adalah salah satu antigen yang bertanggung jawab atas kondisi hyperthyroid dan berperan sebagai biomarker untuk deteksi dini. Peningkatan level titer antibodi autoimun TPO dan TSHR pada pasien yang positif AITD berkorelasi dengan perkembangan fase progresif AITD dan dapat digunakan untuk memprediksi kemungkinan terjadinya komplikasi selama kehamilan (feo-maternity). Lebih dari 90% pasien dengan hipotiroidisme autoimun dilaporkan memiliki antibodi-TPO.
Pada acara yang sama, dalam presentasinya yang berjudul "Pengembangan Diagnostik Tiroglobulin dengan Menggunakan Aptamer", Dr. Dyah Kinasih dari Institut Biosains & Laboratorium Biomia, Universitas Brawijaya mengungkapkan bahwa penyakit tiroid merupakan gangguan endokrin kedua terbanyak setelah Diabetes Mellitus. Presentasi ini juga membahas latar belakang pengujian Tiroglobulin yang saat ini menggunakan metode Enzyme-Linked Immunosorbent Assay (ELISA). Namun, terdapat beberapa kelemahan dalam metode ELISA, seperti waktu yang diperlukan, peralatan yang rumit, kebutuhan untuk tenaga terlatih, dan biaya yang tinggi. Oleh karena itu, diperlukan pengembangan metode pengujian yang lebih sederhana agar dapat diaplikasikan di fasilitas kesehatan tingkat dasar dan mendukung proses diagnosa gangguan tiroid.
Aptamer merupakan molekul oligonukleotida, yang bisa berupa DNA atau RNA, yang dirancang secara sintetis untuk mengenali dan berikatan dengan target spesifik seperti protein, molekul kecil, atau bahkan sel. Aptamer memiliki bentuk tiga dimensi yang dapat berikatan dengan sangat kuat dan spesifik terhadap yang ditargetkan, mirip dengan cara antibodi berikatan dengan antigen dalam sistem kekebalan tubuh.
Setelah menyampaikan materi, narasumber, moderator, dan para peserta melakukan demonstrasi berdasarkan temuan penelitian tersebut.
Sehabis terselenggarakannya Seminar, dilakukan kunjungan pada Laboratorium PUI Pendeteksi Bakteri Patogen serta Laboratorium Instrumen Prodi Kimia FMIPA UNJ di lantai 3 Gedung EKS BAAK oleh para narasumber. Para narasumber yaitu
Prof. Aulanni'am dan Dr. Dyah Kinasih melihat lihat alat penunjang yang ada di Laboratorium Penelitian PUI Pendeteksi Bakteri Patogen mulai dari PCR Konvensional, mic qpcr, bio safety cabinet serta alat lainnya. Berharap adanya kerjasama antar PUI Pendeteksi Bakteri Patogen LPPM UNJ dengan Universitas Brawijaya terkait seminar dan sesi kunjungan yang telah berlangsung.
(ab/amap)